Kamis, 02 April 2015

proteksi radiasi



Proteksi radiasi
proteksi radiasi terhadap pasien
1.      Gunakan lapangan penyinaran sekecil mungkin dan seperlunya sesuai objek yang diperiksa.
2.      Buat jarak tertentu (jarak focus ke film).
3.      Jagalah posisi pasien agar tidak melakukan pengulangan foto.
Utuk radiographer dosis radiasi yang diterima harus ditekan seminimal mungkin, dengan cara :
1.      Gunakan apron atau pakaian pelindung
2.      Berlindung dibalik dinsing yang berlapis Pb.
3.      Gunakan alat-alat pengukur  radiasi.
4.      Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor atau rusaknya perlengkapan-perlengkapan pelindung berlapis Pb.
Proteksi terhadap dokter pemeriksaan dan petugas radiologi lainya
Untuk proteksi ini yang harus diperhatiakn :
1.      Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh yang tidak terlindung.
2.      Pemakaian sarung tangan, apron yang berlapis Pb dengan tebal maksimum 2,5 mm Pb.
3.      Hindari melakukan sinar sinar tembus (fluoroscopy), usahakan melakukan radiografi.
4.      Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala (head fluoroscopy)
5.      Akomodasi mata sebelum melakukan pemeriksaan sinar tembus paling sedikit selama 20 menit.
6.      Gunakan alat-alat pengukur radiasi
7.      Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai, misalnya :
a.       Perlindungan terhadap bahaya elektris.
b.      Adanya kebocoran pada tabung pesawat.
c.       Voltage yang stabil.
d.      Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor atau kerusakan perlengkapan-perlengkapan pelindung berlapis Pb.

kenyaman pasien


Kenyamanan pasien
Gerakan sangat bepengaruh terhadap hasil gambaran radiograf karena terjadi pergerakan objek saat dilakukannya eksposi dapat mempengaruhi hasil gambaran pada pasien yang tegang atau gugup hendaknya jangan memaksakan pasien. Pasien yang mengalami trauma kapitis sawaktu memposisikan pasien akan merasa kesakitan dan tidak memungkikan kepalanya untuk digerak-gerakkan maka diperlukan satu cara dan tindakan untuk mengatasi timbulnya rasa sakit dengan satu inisiatif memposisikan pasien dengan proyeksi lateral dengan pasien supine dimana kaset diletakan vertical disalah satu sisi objek dengan sinar horizontal.

Selasa, 31 Maret 2015

topografi radiografi kepala

Topologi radiografi kepala
Garis atau bidang yang digunakan dalam posisi radiografi yang diperlihatkan pada gambar. Garis orbita meatal sebagai garis dasar radiografi dalam penggunaannya sudut 7 derajat antara orbita meatal line dengan garis glabellameatal line. Dengan derajat itu kita dapat mengetahui posisi kepala. Hubungan antara pasien, film dan sinar X adalah sama, tetapi sudut yang digambarkan boleh berubah-ubah pada garis kepala.
Menurut Ballinger (2001), titik dasar dan garis kepala yang dapat digunakan untuk memposisikan kepala secara tepat terdiri dari :
a.       Mid sagittal Plane (MSP)
      garis yang membelah  tubuh menjadi dua bagian kanan dan kiri.
b.      Inter pupillary Line (IPL)
      garis yang menghubungkan pupil kedua pupil mata.
c.       Glabella meatal Line (GML)
      garis yang menghubungkan glabella dengan  Meatus Akustikus Eksterna (MAE).
d.      Orbito meatal Line (OML)
      garis yang menghubungkan outher canthus dengan MAE.
e.       Infra orbito meatal Line (IOML)
     garis yang menghubungkan infraorbital margin dengan MAE.
f.       Acanthio meatal Line (AML)
     garis yang menghubungkan acanthion dengan MAE.
h.     Mento Meatal Line (MML)
     garis yang menghubungkan pertemuan bibir dengan MAE.
i.      Mid Sagital Line (MSL)
Garis tengah tubuh.

teknik radiografi cranium


Teknik pemeriksaan radiografi pada cranium
Pemeriksaan radiografi cranium merupakan pemeriksaan radiografi yang relative perlu diperhatikan, selain karena anatomi dari cranium yang kompleks serta bentuk wajah dan variasi anatomis pada setiap orang berlainan immobilisasi maksimal juga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan gambar radiograf cranium yang berkualitas. Secara garis besar pemeriksaan cranium dapat dipisahkan menjadi pemeriksaan tengkorak (cranium), sinus parasal, nasal bones, facial bones, orbita, zygoma dan mandibula.
            Pada penatalaksanaan teknik radiografi cranium proyeksinya antara lain proyeksi AP, proyeksi PA, proyeksi lateral cross teble technique, proyeksi AP axial (metode towne), tetapi untuk teknik radiografi dengan kasus trauma kapitis menggunakan proyeksi AP dan lateral cross table technique. Pada proyeksi AP pasien supine diatas meja pemeriksaan, letakan cranium diatas kaset, sinar vertical tegak lurus film. Sedangkan posisi lateral pasien supine diatas meja pemeriksaan, cranium diletakan diatas pengganjal, kaset diletakan vertical disisi kepala dengan sinar horizontal tegak lurus film.


Posisi Antero Posterior (AP)
Ukuran film 24 x 30
Posisi pasien
a.    Pasien diposisikan supine (tidur telentang) di meja pemeriksaan
b.    Pusatkan Mid Sagital Plane (MSP) tubuh kepertengahan meja pemeriksaan.
c.    Kedua tangan di samping tubuh


Posisi objek
a.       Kepala diatur sehingga MSP kepala tegak lurus kepertengahan kaset
b.      Inter Pupilary Line (IPL) sejajar dengan meja pemeriksaan
c.       Batas atas kaset pada vertek (puncak kepala) dan batas bawah pada mentis.
d.      Menggunakan grid atau bucky dan diberi marker sesuai dengan anatomi cranium.
e.       Eksposi dilakukan pada saat pasien tahan nafas.
Central Ray : vertical lurus terhadap film.
Central Point : pada glabella.
Gambar 2.11

2. proyeksi postero antero
Ukuran film 24 x 30 cm
Posisi pasien
a.       Posisikan pasien dalam keadaan prone atau duduk tegak
b.      Pusatkan MSP tubuh kepertengahan grid
c.       Fleksikan siku, letakan dalam posisi yang nyaman dan atur agar terletak sama pada garis horizontal.
Posisi objek
a.       Atur kepala sehingga dahi dan hidung pasien menempel pada pertengahan kaset
b.      MSP kepala  tegak lurus pertengahan film
c.       Leher di fleksikan sehingga garis orbito meatal line  tegak lurus pertenghan film
d.      Minta pasien tahan nafas saat eksposi
Central Ray : vertical lurus film
Central Point : pada nasion
Kiteria gambar
a.       Tampak orit di penuhi bayangan petrous pyramid, rongga udara ethhomoidal posterior, tulang frontal dan sinus frontalis.
b.      Dorsum sella tampak seperti garis lengkung memanjang antara orbit tepat diatas rongga udara ethomoidal. (Philip W. Ballinger)
 
proyeksi postero 

3. proyeksi lateral
Ukuran film 24 x 30 cm
Posisi pasien
a.posisikan pasien dalam keadaan semiprone
b. lengan yang dekat dengan film lurus disisi tubuh, lengan yang jauh dari film siku di     
    fleksi dan ditempatkan di depan kepala.
Posisi objek
a.       MAE dipusatkan dipertengahan grid dan MSP kepala horizontal sejajar dengan fim
b.      Inter pupilari line (IPL) tegak lurus film
c.       Gunakan grid/bucky
d.      Eksposi dilakukan saat tahan nafas
Central Ray : vertical tegak lurus film
Central Point : 2 inch diatas MAE
 Kriteria gambara:
a.       Tampak gambar cranium tidak berputar
b.      Mandibula rami superposisi, Orbita roop, Dareh mastoid, sella tursika, MAE, TMJ superposisi sedangkan cervical spina dan mandibulla tidak overlap

Proyeksi lateral